-->

Terobosan Terbaru Untuk Pakan Udang Granule

Terobosan Terbaru Untuk Pakan Udang Granule - perusahaan pakan ikan/udang - terus melakukan inovasi teknologi dengan memproduksi pakan udang bermutu tinggi. Tujuannya tidak lain untuk mendukung budidaya udang super intensif yang dikem­bangkan pembudidaya di berbagai sentra udang vannamei di Tanah Air.
Pabrik pakan yang berbasis di Sura­baya, Jawa Timur ini baru saja meluncurkan pakan untuk udang tahap awal (starter) yang diberi nama “Kaiohji Granule”. Di Lampung peluncuran dilakukan di Hotel Emersia, Bandar Lampung yang dihadiri sekitar 80-an pembudidaya (owner) tambak, site manager, dan teknisi tambak dari berbagai sentra pertambakan udang di pulau Sumatra terutama Provinsi Lampung dan Bengkulu.
Acara peluncuran dibuka Head of Aquaculture and Pet Food PT Matahari Sakti Bambang Setyawan. Dalam sambutan singkatnya, Bambang mengatakan PT MS terus melakukan inovasi dalam teknologi pakan guna mendukung perkembangan bu­didaya udang super intensif yang dijalankan pembudidaya udang di Tanah Air.
Salah satu inovasi terbaru dalam bidang pakan yang sudah berhasil dicapai adalah dengan memproduksi pakan granule yang teknologi proses produksi dan hasilnya sudah meninggalkan era pelet. “Selain memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan pelet, pakan granule juga tidak menghasilkan debu sehingga air kolam tidak keruh dan tentu lebih efisien karena semua pakan dimakan udang,” ujarnya.

Keunggulan Kaiohji Granule
Untuk lebih mengenalkan pakan granule yang diproduksi dan dipasarkannya, Head of Nutritionist PT MS Angga Aditya Putra Nugraha memaparkan keunggulan Kaiohji. Menurut Angga, inovasi pakan berbentuk granule adalah penyempurnaan atas sejumlah kelemahan yang dipunyai pakan berbentuk pelet crumble. Seperti, berdebu remah/mudah hancur dan bentuk tidak seragam.
Debu pakan yang masuk ke air, lanjut­nya, selain tidak termakan oleh udang juga akan mencemari air sehingga kualitas air kolam menjadi bu­ruk. “Di samping itu hancurnya sebagian pakan pelet crumble menjadi debu aki­bat pengangkutan, bongkar-muat, penumpukan dan lain-lain. Debu yang ditimbulkan dari aktifitas handling tersebut disekitar ± 3% dari volume pakan dan jelas sehingga tidak efisien terkonsumsi oleh udang,” lanjutnya dengan moderator Head of Technical Service PT MS Rudy Kusharyanto.
Belajar dari berbagai kelemahan pakan pelet tersebut, sambung Angga, PT MS melakukan inovasi menggunakan teknologi extruded yang berbeda dari teknik pembua­tan pakan selama ini. Teknologi extruded yang dipelopori PT MS merupakan yang pertama di Indonesia. Sebelumnya teknologi produksi pakan serupa baru dikembangkan di Vietnam dan Thailand dan mampu mendu­kung budidaya udang superintensif di kedua negara produsen udang tersebut. “Karena itu kami menghadirkan teknologi yang selangkah lebih maju untuk pembudidaya udang di Tanah Air,” jelasnya.
Dengan teknologi terbaru ini, pema­sakan bahan baku pakan lebih sempurna (perfectly cook) sehingga daya cernanya dalam pencernaan udang lebih baik. Dan yang paling utama pakan granule tidak menghasilkan debu. Struktur fisik pakan lebih seragam dan kompak, tidak mudah terurai/hancur dalam air sehingga mampu dimakan sempurna oleh udang.
Angga mengakui, pakan granule tetap mengembang di dalam air, namun tidak mudah hancur seperti pakan pelet crumble karena strukturnya yang bulat dan kompak. Berbeda dengan pakan pelet crumble yang begitu mengembang langsung terurai se­hingga banyak yang tidak termakan oleh udang dan berpotensi menjadi pollutant di tambak.
Untuk pakan Kaiohji Granule tipe KJV 2A ukuran butirannya 0,7 – 1,1 mm dan tipe KJV 2B berukuran 1,2 – 1,6 mm. “Karena ukurannya lebih homogen maka sangat cocok ditebar menggunakan autofeeder,” kata Angga.
Kandungan nutrisi pakan KJV Granule juga jauh lebih baik. Selain memang bahan bakunya berasal dari bahan-bahan terpilih dan bermutu tinggi, juga pemanasannya di lakukan pada suhu seperti Pasteurisasi. Pemanasannya berulang sehingga kema­tangannya lebih homogen.
Begitu pula bentuknya berupa granule atau partikel/kecil membuat pakan lebih se­ragam dan begitu juga kandungan nutrisinya lebih homogen. Hal ini berbeda dengan pakan crumble yang didahului dengan proses pelet yang keluar dari mesin berupa untaian panjang yang kemudian dilanjutkan pada proses crumbling/cracking (pemecahan). Bisa saja salah satu pecahan mempunyai kandungan protein tinggi dan potongan lain kandungan lemaknya yang lebih tinggi. “Ini tentu tidak diinginkan pembudidaya udang,” urainya.

Manajemen Pakan
Head of Shcrimp Culture Operation PT MS Agus Suryawinadi menambahkan, inovasi pakan granule yang dipelopori PT MS sebagai jawaban atas trend budidaya udang yang sedang berkembang di Tanah Air. Yakni sistem budidaya yang superintensif dengan implementasi mikrobial, flok sistem, dan minim pergantian air.
Selain itu pembudidaya juga dihadap­kan dengan terjadinya peningkatan biaya produksi, akibat mahalnya energi. Belum lagi terus menurunnya daya dukung alam yang berdampak kepada penurunan mutu air akibat pencemaran lingkungan. Ditambah pula perubahan iklim/cuaca yang menimbul­kan kondisi ekstrim pada ekosistem tambak. “Belum lagi terus meningkatnya tekanan patogen yang kian beragam,” ujar sarjana perikanan dari IPB Bogor ini.
Menghadapi berbagai tantangan tersebut, lanjut Agus, pembudidaya di­tuntut untuk melakukan langkah-langkah, termasuk dalam hal manajemen pakan. Bagaimana caranya agar biaya pakan sema­kin murah tetapi tetap efektif. Termasuk penggunaan autofeeder guna menurunkan biaya produksi.
Menurut Agus, pakan KJV Granule ini sudah diaplikasikan di tambak udang milik PT MS di Probolinggo, Jawa Timur. Dalam ujicoba yang dilakukan, Agus menyajikan video perbandingan reaksi udang saat diberi pakan pelet crumble dan granule. Terlihat saat udang diberi pakan granule, gerakan­nya lebih lincah dan dari tayangan tampak udang memakan pakan granule sekali telan.
Lalu dalam tayangan video berikutnya diperlihatkan kejernihan air pada kolam yang diberi pakan KJV Granule dan crumble. Tampak jelas bahwa air kolam yang diberi pakan granule lebih jernih.
Untuk membuktikan kebenaran terse­but, para peserta secara spontan mencoba menuangkan pakan granule dan crumble ke akuarium berbeda berisi udang yang dipersiapkan dalam ruangan untuk melihat secara langsung reaksi udang terhadap pakan model baru tersebut. Termasuk un­tuk membandingkan tingkat kejernihan air akuarium yang ditebar pakan pelet crumble dan granule.

Kandungan Protein
Seusai pemaparan kedua pembicara, acara dilanjutkan dengan sesi diskusi yang berlangsung hampir tiga jam. Pertanyaan dari Bambang Nurdianto dari PT Prima Larva yang juga tim iptek Forum Komunikasi Praktisi Aquakultur (FKPA), misalnya. Ia mempertanyakan, apakah kandungan 36 persen protein dalam pakan merupakan tingkat kandungan protein terbaik yang dibutuhkan udang untuk tumbuh optimal. “Apakah sudah diujicoba dan bagaimana hasilnya?. Lalu apakah, pakan granule mam­pu meningkatkan daya tahan tubuh udang terhadap serangan penyakit,” tanyanya.
Menjawab pertanyaan dari Bambang, Angga mengatakan, kandungan protein tersebut di dalam pakan sudah merupakan kebutuhan yang telah sesuai untuk per­tumbuhan udang. Disamping itu, pakan Kaiohji Granule juga sudah mengandung vitamin dan sejumlah mineral dengan dosis optimal yang dibutuhkan udang sehingga jelas mampu meningkatkan daya tahan tubuhnya. Dengan komposisi kandungan nutrisi tersebut, Angga yakin udang yang diberi pakan Kaiohji mampu menghadapi berbagai serangan penyakit seperti WFD, Myo dan lain-lain. lTROBOS Aqua / Adv

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel